Bahasa |

Yesaya, Ketika Kanker Payudara Jadi Tak Menyeramkan


Yesaya, Ketika Kanker Payudara Jadi Tak Menyeramkan

Jakarta Yesaya Fernindi Hohu tak pernah membayangkan sebelumnya kanker payudara akan membuatnya bolak-balik ke meja operasi.Namun karena enggan terpuruk dalam kepahitan, Yesa memilih mengabadikan pengalamannya lewat sebuah buku, bertajuk Its Me vs Cancer: Diary Kocak Survivor Kanker.Saat ditemui Jurnas.com beberapa waktu lalu, Yesa berulang kali menekankan pentingnya mencegah sejak dini. Hal itu dia lakukan bukan tanpa alasan. Pasalnya perempuan asal Cilacap Jawa Tengah ini sedang berjuang melawan kanker payudara stadium empat.Sembari menjawab pertanyaan tim, nafas Yesa sempat beberapa kali terengah. Dia tak bisa lama-lama berdiri, sesekali ia memegang bagian kanan bawah ketiaknya, yang baru saja menjalani operasi ke-sembilan.Saat itu tak ada pilihan lain selain pengobatan. Yesa pun mulai intens menjalani Kemoterapi sebanyak 18 kali, kemo untuk hepar 6 kali, kemo untuk tulang 5 kali, dan radiasi mulai per 25 Oktober, sampai usai operasi ke-sembilan akan diadakan radiasi ulang untuk kelenjar getah bening.Selama obrolan, Yesa kerap disapa teman-teman yang menanyakan kondisinya usai operasi. Dengan suara renyahnya Yesa menjawab: Aku gak apa-apa kok, siapa yang sakit?Kekuatan yang dialami Yesa tak serta merta ada, sebab ia pernah mengalami fase terpuruk manakala vonis menghampiri. Saat itu ia banyak merenung, dialog dengan Tuhan melalui salat seraya meyakinkan diri bahwa ia mampu melalui meski sudah lumpuh. Ia tak lagi berpikir kalau kanker itu menyeramkan tapi bagaimana berjuang menghadapinya.Tak hanya itu, perempuan yang lahir di Lampung ini juga mengisi masa-masa pengobatan dengan menulis catatan-catatan pengalaman hidupnya melalui sosial media.Aktif menulis hingga seorang kawan pun terketuk ingin bantu menerbitkan kisahnya, sampai kemudian terbit buku bertajuk "It`s Me vs Cancer: Diary Kocak Survivor Kanker".Buku yang terbit rupanya makin melecutkan semangat sembuh Yesa. Melalui buku itu ia juga menyampaikan betapa deteksi dini itu sangat penting, lewat periksa payudara sendiri (Sadari) dan periksa payudara klinis (Sadanis).Menulis menjadi terapi bagi Yesa. Dengan menulis, ia tak lagi stres, ditambah dukungan dari keluarga dan teman yang tak ada habis-habisnya.

icon-whatsapp-ykpi