Bahasa |

Deteksi Dini Kanker Payudara Harus Ditindaklanjuti dengan Efektif dan Tepat Waktu


Deteksi Dini Kanker Payudara Harus Ditindaklanjuti dengan Efektif dan Tepat Waktu

Minggu, 01/08/2021

Jakarta, YKPI - Hari terakhir Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS) 2021 diawali dengan sambutan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. “Komitmen dan tanggung jawab bersama dari semua pemangku kepentingan sangat penting dalam memastikan keberhasilan pencegahan dan pengendalian kanker payudara melalui promosi kesehatan, skrining, deteksi dini, dan pengobatan standar” ujar Budi Gunadi. Menteri Kesehatan itu menyadari bahwasanya Data WHO dan Global Cancer Observatory menunjukkan bahwa pada tahun 2020, sekitar 2,3 juta perempuan didiagnosis menderita kanker payudara dan 685.000 meninggal akibat kanker payudara.

Meskipun angka kematian menurun di negara maju, namun ini masih menjadi masalah besar di negara berkembang, untuk itu ia sangat mengapresiasi kepada YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia) dan semua pihak terkait yang telah mendukung terselenggaranya SEABCS 2021 ini.

“Saya percaya dengan bekerja sama, membangun kekuatan kita dan mengalokasikan sumber daya yang cukup, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik untuk pengendalian kanker payudara di kawasan Asia Tenggara dan secara global”, menutup sambutannya.

Dalam diskusi dihari kedua ini terdapat beberapa kesimpulan, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Dr. Julie Torode dari Institute of Cancer Policy / Kings College London menyampaikan “Pentingnya peraturan untuk kanker perempuan dimana merupakan prioritas untuk pencegahan serta pengendalian kanker, yang merupakan kesempatan untuk mengubah pola pikir komunitas dalam pencegahan dan deteksi dini” ujarnya.

Dengan data yang dimilikinya yaitu, terdapat 18,1 juta pasien kanker baru di dunia dan 48,4% ada di Asia, sedangkan terdapat 9,6 juta kematian akibat kanker di dunia dan 57,3% di Asia. Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum di dunia. Maka iapun mengajak agar semua negara bekerja sama dengan komunitas penyakit tidak menular, mengintegrasikan dukungan informasi dan layanan langsung serta diperlukan strategi eliminasi untuk membangun ekosistem kesehatan yang lebih baik. “Kata kunci yang menjadi perhatian adalah ekuitas, integrasi dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan”tambahnya.

Sementara itu perwakilan dari WHO, Dr. Benjamin Anderson  berpendapat bahwa tantangan terbeser kanker payudara adalah kepenyintasan: reintegrasi, mengatasi stigma, kondisi keuangan, dukungan dan layanan paliatif. “Untuk itu Agar efektif, deteksi dini kanker payudara harus ditindaklanjuti dengan efektif, tepat waktu, disertai pengobatan dan layanan pendukung” tambahnya. Iapun berharap agar adanya Inisiatif secara Global Breast Cancer sehing dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di dunia sebesar 2,5% per tahun, di antara tahun 2020 hingga 2040. Ada 3 pilar untuk mencapai tujuan itu yaitu ; Promosi kesehatan untuk deteksi dini, Diagnosis kanker payudara tepat waktu dan tata laksana kanker payudara yang komprehensif.

Walaupun untuk kali pertama diselenggarakan secara virtual, SEABCS kali ini diikuti dari 22 negara terdiri atas 1,248 peserta, 706 tenaga pendukung, 543 dokter dengan penyampaian yang dipresentasikan sebanyak 70 tema. Carolyn Taylor  selaku Executive Director of Global Focus on Cancer, USA berharap agar peserta SEABCS 2021 terus memperkuat komitmen untuk terus bekerjasama dalam membangun kapasitas pada upaya advokasi dan perawatan kanker di kawasan Asia Tenggara

Setelah berakhirnya SEABCS 2021 ini diharapkan adanya pergeseran menuju paradigma baru yaitu perawatan yang terintegrasi dan berpusat pada pasien adalah sebuah model yang menghargai pengalaman, nilai-nilai,  dan kebutuhan pasien yang sangat penting untuk pengembangan sistem kesehatan yang dapat menjawab tantangan kesehatan yang muncul dan sangat beragam. Begitupun diharapkan adanya penurunan stadium kanker payudara dapat dipercepat dengan memperkuat deteksi dini, termasuk pemeriksaan laboratorium serta adanya penguatan kebijakan deteksi dini perlu dilakukan dalam hal sistem rujukan, layanan deteksi dini dan pembiayaan.

Dipenghujung acara Penutupan, Ibu Linda Agum Gumelar selaku ketua YKPI dan penyelenggara SEABCS 2021 meyampaikan terimakasih atas partisipasi seluruh peserta, para narasumber, moderator dan semua pihak yang telah bekerjsama dan pihak-pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan kita “Terimakasih secara khusus kepada tim steering Committee (SC) dan tim Organaizing Committee (OC) atas koordinasi dan kerja kerasnya untuk mempersiapkan terselenggaranya SEABCS 2021 yang semua dilakukan secara virtual dan dengan perbedaan waktu antar negara.”.

YKPI memandang diperlukan rangkaian program yang berkesinambungan dimulai dari kebijakan, pelaksanaan di tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer (Puskesmas) hingga tertier (Rumah sakit kelas A) dan profesi tenaga kesehatan agar upaya penurunan kanker payudara stadium lanjut dapat terlaksana dan memberikan hasil yang nyata.

Begitupula tata kelola program, manajemen dan klinis merupakan kesatuan sehingga program yang dicanangkan dapat berjalan lancar serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program terlaksana untuk perbaikan program selanjutnya.

Kerjasama internasional, regional dan tingkat nasional merupakan penguatan bersama untuk memerangi kanker payudara.

Sampai bertemu di tahun depan, dimana negara Philipina telah ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan SEABCS 2022.

 

SUMBER: PRESS RELEASE HUMAS YKPI

icon-whatsapp-ykpi